niadi.net - Iman sekalipun sesuatu yang gaib, namun iman dapat diukur dengan ukuran tertentu. Alat pengukur ini bisa digunakan untuk mengukur kualitas keimanan seseorang; benar, ragu-ragu atau setengah-setengah. Ukuran ini yang kita maksud dengan parameter keimanan.
Iman secara etimologis berasal dari kata aamana -yu'minu berarti tasdiq yaitu membenarkan, mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah "Membenarkan dengan hati diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan."
Kata Iman di dalam Al-Qur'an disebut lebih dari 840 kali. Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan "Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah", yakni ucapan yang diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada Sunnah.
Sahl bin Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu beliau menjawab demikian "Qaulun wa amalun wa niyyatun wa sunnatun". Artinya ucapan yang disertai dengan perbuatan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah.
Jadi pernyataan bahwa yang penting iman yang ada di dalam hati, tidak bisa dijadikan pegangan. Sebab apa yang ada dalam hati, juga akan diterjemahkan dalam tingkah laku dan perbuatan. Maka dari itu pemahaman ini sesuai dengan definisi iman yang disampaikan oleh para ulama, bahwa iman selain diucapkan juga dibuktikan dengan perbuatan.
Imam Hasan Basri mengatakan: "Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yg terpatri dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan."
Parameter Keimanan itu bisa dilihat dari beberapa indikator diantaranya:
Diantara tanda fisik keimanan seseorang adalah membiasakan diri melakukan salat berjamaah di masjid. Hal ini sesuai dengan hadits Rosulullah SAW.
Hadits ini senada dengan firman Allah dalam surat At Taubah ayat 18 yang berbunyi:
Dialog Rasulullah dengan seorang budak, menjadi contoh yang sangat jelas, bagaimana Rasullah SAW, menguji kualitas pengetahuan seseorang tentang Islam dan Iman. Beliau bertanya dimana Allah dan siapa dirinya, dan budakpun menjawabnya dengan benar sesuai dengan pengetahuannya. Rasulullah menganggap telah cukup keimanan budak tersebut, ini adalah ukuran lahiriah pengetahuan seseorang tentang islam.
Keimanan sesungguhnya bisa diukur dengan ukuran yang bisa ditimbang oleh akal manusia dan dinilai dari segi syariat. Tidak akan diterima seseorang yang beralasan karena iman itu letaaknya dihati, kemudian dia tidak memperhatikan tingkah laku dan perilakunya, sebab iman selain bahasa hati. Iman juga sebagai bahasa tindakan sehari hari.
Itulah 5 parameter keimanan dalam islam, dan semoga di yaumil ahir nanti kita berada dalam golongan orang-orang yang beriman, amin ya rabbal 'alamin.
Iman secara etimologis berasal dari kata aamana -yu'minu berarti tasdiq yaitu membenarkan, mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah "Membenarkan dengan hati diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan."
Kata Iman di dalam Al-Qur'an disebut lebih dari 840 kali. Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan "Qaulun wa amalun wa niyyatun wa tamassukun bis Sunnah", yakni ucapan yang diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada Sunnah.
Sahl bin Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya iman itu beliau menjawab demikian "Qaulun wa amalun wa niyyatun wa sunnatun". Artinya ucapan yang disertai dengan perbuatan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah.
Jadi pernyataan bahwa yang penting iman yang ada di dalam hati, tidak bisa dijadikan pegangan. Sebab apa yang ada dalam hati, juga akan diterjemahkan dalam tingkah laku dan perbuatan. Maka dari itu pemahaman ini sesuai dengan definisi iman yang disampaikan oleh para ulama, bahwa iman selain diucapkan juga dibuktikan dengan perbuatan.
Imam Hasan Basri mengatakan: "Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan bukan pula sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yg terpatri dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan."
Parameter Keimanan itu bisa dilihat dari beberapa indikator diantaranya:
1. Parameter Anggota Badan
Orang yang menyatakan dirinya beriman, akan siap menyambut panggilan dan seruan keimanan, yang akan mempersubur dan memperkokoh keimanan yang ada didalam jiwanya. Ia tampilkan tanda-tanda keimanan dalam kehidupan.Diantara tanda fisik keimanan seseorang adalah membiasakan diri melakukan salat berjamaah di masjid. Hal ini sesuai dengan hadits Rosulullah SAW.
"Idza roaitumurojula ya'tadul masjida fasyhaduulahuu bil iiman." Artinya "Jika kalian melihat seseorang terbiasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa dia adalah orang yang beriman." (HR. Turmudzi)
Hadits ini senada dengan firman Allah dalam surat At Taubah ayat 18 yang berbunyi:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Artinya: "Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."2. Parameter Lisan
Orang yang beriman adalah orang yang menjaga lisannya. Tidak mengucapkan yang tidak menjadi urusannya, tidak mengucapkan sesuatu, kecuali yang membawa manfaat dan maslahat bagi dirinya dan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:"Wamankana yu'minu billah walyaumil akhir falyaqul khairo auliyasmut." Artinya "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik, atau diam."
3. Parameter Akal
Parameter keimanan juga bisa diukur dari pengetahuan seseorang tentang Islam, bagaimana seseorang menggambarkan Islam dalam pemikirannya dan segala yang terkait dengannya.Dialog Rasulullah dengan seorang budak, menjadi contoh yang sangat jelas, bagaimana Rasullah SAW, menguji kualitas pengetahuan seseorang tentang Islam dan Iman. Beliau bertanya dimana Allah dan siapa dirinya, dan budakpun menjawabnya dengan benar sesuai dengan pengetahuannya. Rasulullah menganggap telah cukup keimanan budak tersebut, ini adalah ukuran lahiriah pengetahuan seseorang tentang islam.
4. Parameter Keyakinan Hati
Ketika Rasulullah SAW di tes oleh Malaikat Jibril tentang definisi iman, Rasullah menjawabnya dengan penuh keyakinan dalam hati, bahwa iman adalah, Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Rasul-Rasulnya, Iman kepada Hari Akhir dan Iman kepada Qadha dan Qadar. Keimanan menuntut seseorang untuk menyelaraskan antara keyakinan dan perbuatannya.5. Parameter Emosi
Keimanan seseorang bisa diukur dari seberapa besar kepeduliannya terhadap saudara seiman, yang imannya baik maka ia akan selalu ingat nasib saudaranya yang lain. Jika mereka bahagia, maka ia akan bahagia, jika mereka sedih, maka ia juga akan sedih. Ia merasa sehati dengan saudaranya yang lain. Rasululah menggambarkan hal tersebut dengan sandanya."Masalul mu'minina fii tawadihim, wataroo humihim, wata'a tufihim matsalul jasad. Idzastaka minhu udwun tada'a lahu- sayirul jasadi bissahari walhumma." Artinya "Perumpamaan kaum beriman dalam cinta mereka, kasih sayang dan kelembutan mereka, seperti satu jasad, jika ada satu bagian yang merasa sakit, maka seluruh jasadnya akan tidak bisa tidur dan dan panas dingin."
Keimanan sesungguhnya bisa diukur dengan ukuran yang bisa ditimbang oleh akal manusia dan dinilai dari segi syariat. Tidak akan diterima seseorang yang beralasan karena iman itu letaaknya dihati, kemudian dia tidak memperhatikan tingkah laku dan perilakunya, sebab iman selain bahasa hati. Iman juga sebagai bahasa tindakan sehari hari.
Itulah 5 parameter keimanan dalam islam, dan semoga di yaumil ahir nanti kita berada dalam golongan orang-orang yang beriman, amin ya rabbal 'alamin.