niadi.net - Perubahan terus terjadi tanpa henti dan sulit dihentikan, tak terkecuali di dalam dunia teknologi. Salah satu daripada perubahan dalam dunia teknologi ini adalah di ranah media sosial yaitu fenomena dari aplikasi TikTok.
TikTok telah menjadi sebuah tren bagi mereka kaum milenial, setiap hari ratusan ribu sampai jutaan video hadir di aplikasi TikTok.
Sejak awal launching-nya di tahun 2017 silam, aplikasi berbagi video yang berasal dari China ini telah memperoleh angka unduhan lebih dari 2 miliar. TikTok menjadi salah satu platform yang paling populer di dunia dengan penambahan pengguna yang cepat.
Mayoritas pengguna aplikasi dari negeri tirai bambu ini kebanyakan dari kaum muda, yang kebanyakan dari mereka menggunakan aplikasi TikTok ini untuk berbagi klip mereka seperti joget-jogetan, 'sinkronisasi' bibir, dan ada pula yang mengupload video berupa sandiwara pendek serta ikut-ikutan tentang challenge yang ada.
Penggunaan yang sederhana dan mudah daripada aplikasi TikTok ini menjadi daya tarik tersendiri hingga dengan cepatnya bisa menggaet banyak pengguna dari seluruh dunia. Namun pula, sejarah pendek TikTok ini tak terlepas pula dengan banyaknya kontroversi yang didapat TikTok.
Nah, dalam artikel NiadiNet kali ini kami pengin membahas tentang beberapa kontroversi TikTok yang telah mendunia. checkout!
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pernah beberapa kali membuat pernyataan tegas mengenai aplikasi TikTok ini, bahwa platform besutan ByteDance itu bisa menimbulkan dampak resiko yang besar bagi pertahanan dan keamanan nasional pemerintahnya (AS).
Karena hal tersebut pula, tentu diingatan kita masih segar bahwa negara Paman Sam pernah akan memblokir TikTok di negaranya karena dianggap TikTok bisa mencuri data para penggunanya. Hal tersebut (pemblokiran) pun kemudian diikuti pula oleh negara Inggris dan beberapa negara eropa lainnya.
Karena kekhawatiran pencurian data penggunanya pula, beberapa bank di Amerika telah menginstruksikan para karyawannya agar menghapus (uninstall) aplikasi TikTok dari handphone mereka.
Dan karena kecemasan pencurian data pengguna oleh TikTok, presiden Trump pernah meminta kepada Microsoft untuk bisa membeli kepemilikan aplikasi TikTok dari ByteDance. Namun dari pihak ByteDance sepertinya mereka menolak aplikasi besutannya untuk dibeli oleh Microsoft. Dalam perkembangan jual-beli platform yang sedang hype saat ini masih tarik ulur sampai sekarang, dimana TikTok sepertinya akan berlabuh di 2 perusahan raksasa Oracle dan Walmart.
Mungkin pernah terlintas dalam benak pikir Anda, kenapa setiap konten video TikTok yang kita lihat itu orangnya (penggunanya) selalu terlihat cantik, tampan, dan banyak terlihat konten yang memperlihatkan gaya hidup borjuis. Lalu, pernahkah Anda melihat konten-konten yang berbelas kasihan tentang orang miskin, cacat, dan semacamnya? Pasti tidak!
Penghapusan video-video belas kasihan orang tidak mampu dan cacat serta yang semacamnya memang melalui ketersengajaan dari platform TikTok itu sendiri. Mereka memang sengaja menghilangkan konten-konten dari pengguna yang buruk serta tidak menarik agar platform mereka telihat aspiratif.
The Intercept, salah satu situs berita di Amerika Serikat pernah menerbitkan dokumen internalnya yang mengungkapkan bahwa, bagaimana mereka para kurator video TikTok menyensor konten video penggunanya berdasarkan seberapa terlihat menariknya mereka dalam menilai pengguna. Maka, siapa pun pengguna TikTok yang terlihat/mempunyai "bentuk tubuh tidak normal", "banyak jerawat", "banyak kerutan", "penampilan wajahnya jelek atau ada kelainan bentuk wajah" akan secara otomatis dihilangkan dari fitur rekomendasi "For You/Untuk Anda".
Seperti pula, video-video yang direkam di daerah "permukiman kumuh", "perumahan bobrok", "tempat yang terlihat kotor dan jorok", maka akan dilarang masuk, termasuk juga konten video yang memperlihatkan retakan di dinding tembok atau juga dekorasi yang terlihat lusuh.
Namun TikTok mempunya alasannya tersendiri terhadap konten-konten yang seperti itu, dimana mereka berdalih bahwa mereka menerapkan aturan seperti itu untuk mencegah penindasan.
Body shaming yang pernah dilakukan oleh TikTok dan membuat kehebohan ini karena TikTok pernah mennghapus konten video seorang penyanyi bernama Lizzo. Lizzo telah beberapa kali memposting konten video dirinya dengan menggunakan pakaian renang dan berjoget di pinggir pantai ke aplikasi TikTok, namun dengan sangat cepatnya TikTok langsung menurunkan (take down) video yang diposting oleh Lizzo tersebut dengan alasan sexual gratification.
Bintang pop kelahiran Michigan yang berkulit hitam itu mengatakan bahwa dengan mentake-down videonya itu, TikTok telah menunjukkan kemunafikannya. Lizzo pun menjelaskan kepada para pengikutnya di TikTok "Kenapa TikTok selalu mentake-down video dirinya yang menggunakan pakaian renang, sedang TikTok selalu saja mengizinkan video lainnya dengan gadis-gadis yang juga memakai pakaian renang. Kenapa ya?"
Namun TikTok mengklaim terhadap persoalan yang menimpa Lizzo itu bahwa video bintang pop berkulit hitam itu dihapus karena adanya kebingungan seputar aturan "Kepuasan Seksual", walau akhirnya kemudian TikTok memulihkan sepenuhnya video dari sang bintang pop tersebut.
Siapa sangka ternyata media sosial juga bisa dijadikan sebagai salah satu senjata ampuh dalam sengketa militer. Seperti kita ketahui bersama bahwa pemerintah India dan China sedang berkonflik dalam hal perebutan wilayah.
Korban dari konflik kedua negara ini pun telah memakan banyak korban jiwa, diantaranya adalah mereka para tentara India yang tewar dibunuh tentara China.
Oleh karena itu, otoritas India dalam hal ini Kementerian Teknologi Informasi-nya telah melakukan larangan terhadap aplikasi smartphone yang berasal dari China sebanyak 59 aplikasi, dan TikTok adalah salah satunya.
Pemerintah India mengklaim bahwa aplikasi yang berasal dari negeri tirai bambu itu bisa menimbulkan ancaman serius dalam hal privasi dan keamanan yang juga sekaligus bisa mengancam kedaulatan negaranya.
Sepertiga lebih pengguna internet di dunia berasal dari India, termasuk pula negara dengan pengunduh TikTok di urutan pertama pun adalah India dengan lebih dari 600 juta unduhan.
Dalam kebijakannya, aplikasi TikTok ternyata sejalan dengan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah China, dimana dalam setahun ini dunia dihebohkan dan dibuat marah oleh perlakuan Pemerintah China terhadap 1 juta lebih Muslim Uighur di Xinjiang yang dipenjarakan di pusat Kamp Konsentrasi yang dirancang untuk pelucutan identitas agama dan cuci otak.
Namun Beijing berdalih bahwa kamp-kamp konsentrasi yang mereka buat adalah murni untuk sebagai pusat pendidikan bagi mereka para sukarelawan dalam rangka pencegahan bahaya penyebaran ideologi terorisme.
Banyak user TikTok ketika itu langsung melakukan kecaman atas kebijakan Pemerintah China dengan mengunggah video kekereasan yang dialami oleh warga muslim Uighur lewat aplikasi TikTok.
Pengguna TikTok yang paling keras mengecam dan menentang kekerasan tindakan Pemerintah China di Kamp Konsentrasi adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang berasal dari New Jersey, Amerika Serikat bernama Feroza Aziz. Dia banyak memposting rangkaian video-video kekerasan terhadap Muslim Uighur ke akun TikTok-nya.
Feroza Aziz meminta kepada para followernya tentang bagaimana menggunakan ponsel mereka untuk "mencari tahu apa yang terjadi pada kamp konsentrasi di China, kenapa dan bagaimana banyak Muslim Uighur yang tidak bersalah dimasukkan pada kamp konsentrasi, dipisahkan dengan para keluarganya, diculik, diperkosa, dibunuh, serta dipaksa untuk memakan daging babi dan dipaksa untuk pindah agama."
Konten video yang dibagikan Feroza di TikTok pun viral dengan mendapatkan penonton lebih dari 1 juta views dan banyak dibagikan di platform lain seperti Twitter dan Instagram. Hingga pada akhirnya akun miliknya hilang diblokir oleh TikTok.
Akibat langkah penangguhan yang dilakukan aplikasi besutan ByteDance terhadap akun Feroza Aziz tersebut TikTok banyak diserang netizen di dunia karena menilai kebijakan yang diterapkan oleh TikTok tersebut sejalan dengan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah China.
Itulah informasi 5 kontroversi aplikasi TikTok yang menghebohkan dunia. Dan terlepas dari banyaknya kontroversi yang didapat oleh TikTok itu, apabila Anda saat ini masih menggunakan TikTok sebagai medsos kesayangnan Anda selanjutnya apakah akan terus memakainya atau berhenti setelah membaca artikel ini?!
TikTok telah menjadi sebuah tren bagi mereka kaum milenial, setiap hari ratusan ribu sampai jutaan video hadir di aplikasi TikTok.
Sejak awal launching-nya di tahun 2017 silam, aplikasi berbagi video yang berasal dari China ini telah memperoleh angka unduhan lebih dari 2 miliar. TikTok menjadi salah satu platform yang paling populer di dunia dengan penambahan pengguna yang cepat.
Mayoritas pengguna aplikasi dari negeri tirai bambu ini kebanyakan dari kaum muda, yang kebanyakan dari mereka menggunakan aplikasi TikTok ini untuk berbagi klip mereka seperti joget-jogetan, 'sinkronisasi' bibir, dan ada pula yang mengupload video berupa sandiwara pendek serta ikut-ikutan tentang challenge yang ada.
Penggunaan yang sederhana dan mudah daripada aplikasi TikTok ini menjadi daya tarik tersendiri hingga dengan cepatnya bisa menggaet banyak pengguna dari seluruh dunia. Namun pula, sejarah pendek TikTok ini tak terlepas pula dengan banyaknya kontroversi yang didapat TikTok.
Nah, dalam artikel NiadiNet kali ini kami pengin membahas tentang beberapa kontroversi TikTok yang telah mendunia. checkout!
1. Aplikasi Pencuri Data Pribadi
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pernah beberapa kali membuat pernyataan tegas mengenai aplikasi TikTok ini, bahwa platform besutan ByteDance itu bisa menimbulkan dampak resiko yang besar bagi pertahanan dan keamanan nasional pemerintahnya (AS).
Karena hal tersebut pula, tentu diingatan kita masih segar bahwa negara Paman Sam pernah akan memblokir TikTok di negaranya karena dianggap TikTok bisa mencuri data para penggunanya. Hal tersebut (pemblokiran) pun kemudian diikuti pula oleh negara Inggris dan beberapa negara eropa lainnya.
Karena kekhawatiran pencurian data penggunanya pula, beberapa bank di Amerika telah menginstruksikan para karyawannya agar menghapus (uninstall) aplikasi TikTok dari handphone mereka.
Dan karena kecemasan pencurian data pengguna oleh TikTok, presiden Trump pernah meminta kepada Microsoft untuk bisa membeli kepemilikan aplikasi TikTok dari ByteDance. Namun dari pihak ByteDance sepertinya mereka menolak aplikasi besutannya untuk dibeli oleh Microsoft. Dalam perkembangan jual-beli platform yang sedang hype saat ini masih tarik ulur sampai sekarang, dimana TikTok sepertinya akan berlabuh di 2 perusahan raksasa Oracle dan Walmart.
2. Penghapusan Konten Video Belas Kasihan Orang Miskin dan Cacat
Mungkin pernah terlintas dalam benak pikir Anda, kenapa setiap konten video TikTok yang kita lihat itu orangnya (penggunanya) selalu terlihat cantik, tampan, dan banyak terlihat konten yang memperlihatkan gaya hidup borjuis. Lalu, pernahkah Anda melihat konten-konten yang berbelas kasihan tentang orang miskin, cacat, dan semacamnya? Pasti tidak!
Penghapusan video-video belas kasihan orang tidak mampu dan cacat serta yang semacamnya memang melalui ketersengajaan dari platform TikTok itu sendiri. Mereka memang sengaja menghilangkan konten-konten dari pengguna yang buruk serta tidak menarik agar platform mereka telihat aspiratif.
The Intercept, salah satu situs berita di Amerika Serikat pernah menerbitkan dokumen internalnya yang mengungkapkan bahwa, bagaimana mereka para kurator video TikTok menyensor konten video penggunanya berdasarkan seberapa terlihat menariknya mereka dalam menilai pengguna. Maka, siapa pun pengguna TikTok yang terlihat/mempunyai "bentuk tubuh tidak normal", "banyak jerawat", "banyak kerutan", "penampilan wajahnya jelek atau ada kelainan bentuk wajah" akan secara otomatis dihilangkan dari fitur rekomendasi "For You/Untuk Anda".
Seperti pula, video-video yang direkam di daerah "permukiman kumuh", "perumahan bobrok", "tempat yang terlihat kotor dan jorok", maka akan dilarang masuk, termasuk juga konten video yang memperlihatkan retakan di dinding tembok atau juga dekorasi yang terlihat lusuh.
Namun TikTok mempunya alasannya tersendiri terhadap konten-konten yang seperti itu, dimana mereka berdalih bahwa mereka menerapkan aturan seperti itu untuk mencegah penindasan.
3. Melakukan Body Shaming
Body Shaming adalah perilaku menjelek-jelekkan dan mengomentari penampilan fisik orang lain. Perilaku ini sama saja dengan tindakan bullying. Alasan orang yang melakukan body shaming (body shamer) beragam, mulai dari ingin mencairkan suasana, mengundang gelak tawa, iseng belaka, hingga memang ingin menghina.Pasti Anda sering melihat perempuan yang cantik, langsing, berpakaian seksi, dan berjoget-joget di TikTok? Maka lihatlah berapa banyak like dan komentar yang didapatkan oleh video tersebut? Bisa ratusan atau bahkan ribuan suka dan komentar. Lalu, pernahkah Anda melihat perempuan yang gemuk dan berjoget-joget dengan pakaian seksi? Bisa jadi jarang sekali atau bahkan Anda tak akan pernah menjumpai konten video seperti itu.
Body shaming yang pernah dilakukan oleh TikTok dan membuat kehebohan ini karena TikTok pernah mennghapus konten video seorang penyanyi bernama Lizzo. Lizzo telah beberapa kali memposting konten video dirinya dengan menggunakan pakaian renang dan berjoget di pinggir pantai ke aplikasi TikTok, namun dengan sangat cepatnya TikTok langsung menurunkan (take down) video yang diposting oleh Lizzo tersebut dengan alasan sexual gratification.
Bintang pop kelahiran Michigan yang berkulit hitam itu mengatakan bahwa dengan mentake-down videonya itu, TikTok telah menunjukkan kemunafikannya. Lizzo pun menjelaskan kepada para pengikutnya di TikTok "Kenapa TikTok selalu mentake-down video dirinya yang menggunakan pakaian renang, sedang TikTok selalu saja mengizinkan video lainnya dengan gadis-gadis yang juga memakai pakaian renang. Kenapa ya?"
Namun TikTok mengklaim terhadap persoalan yang menimpa Lizzo itu bahwa video bintang pop berkulit hitam itu dihapus karena adanya kebingungan seputar aturan "Kepuasan Seksual", walau akhirnya kemudian TikTok memulihkan sepenuhnya video dari sang bintang pop tersebut.
4. Dugaan Sebagai Senjata pada Peperangan Internasional
Siapa sangka ternyata media sosial juga bisa dijadikan sebagai salah satu senjata ampuh dalam sengketa militer. Seperti kita ketahui bersama bahwa pemerintah India dan China sedang berkonflik dalam hal perebutan wilayah.
Korban dari konflik kedua negara ini pun telah memakan banyak korban jiwa, diantaranya adalah mereka para tentara India yang tewar dibunuh tentara China.
Oleh karena itu, otoritas India dalam hal ini Kementerian Teknologi Informasi-nya telah melakukan larangan terhadap aplikasi smartphone yang berasal dari China sebanyak 59 aplikasi, dan TikTok adalah salah satunya.
Pemerintah India mengklaim bahwa aplikasi yang berasal dari negeri tirai bambu itu bisa menimbulkan ancaman serius dalam hal privasi dan keamanan yang juga sekaligus bisa mengancam kedaulatan negaranya.
Sepertiga lebih pengguna internet di dunia berasal dari India, termasuk pula negara dengan pengunduh TikTok di urutan pertama pun adalah India dengan lebih dari 600 juta unduhan.
5. Pemblokiran pada Kamp Konsentrasi Komunis
Dalam kebijakannya, aplikasi TikTok ternyata sejalan dengan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah China, dimana dalam setahun ini dunia dihebohkan dan dibuat marah oleh perlakuan Pemerintah China terhadap 1 juta lebih Muslim Uighur di Xinjiang yang dipenjarakan di pusat Kamp Konsentrasi yang dirancang untuk pelucutan identitas agama dan cuci otak.
Namun Beijing berdalih bahwa kamp-kamp konsentrasi yang mereka buat adalah murni untuk sebagai pusat pendidikan bagi mereka para sukarelawan dalam rangka pencegahan bahaya penyebaran ideologi terorisme.
Banyak user TikTok ketika itu langsung melakukan kecaman atas kebijakan Pemerintah China dengan mengunggah video kekereasan yang dialami oleh warga muslim Uighur lewat aplikasi TikTok.
Pengguna TikTok yang paling keras mengecam dan menentang kekerasan tindakan Pemerintah China di Kamp Konsentrasi adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang berasal dari New Jersey, Amerika Serikat bernama Feroza Aziz. Dia banyak memposting rangkaian video-video kekerasan terhadap Muslim Uighur ke akun TikTok-nya.
Feroza Aziz meminta kepada para followernya tentang bagaimana menggunakan ponsel mereka untuk "mencari tahu apa yang terjadi pada kamp konsentrasi di China, kenapa dan bagaimana banyak Muslim Uighur yang tidak bersalah dimasukkan pada kamp konsentrasi, dipisahkan dengan para keluarganya, diculik, diperkosa, dibunuh, serta dipaksa untuk memakan daging babi dan dipaksa untuk pindah agama."
Konten video yang dibagikan Feroza di TikTok pun viral dengan mendapatkan penonton lebih dari 1 juta views dan banyak dibagikan di platform lain seperti Twitter dan Instagram. Hingga pada akhirnya akun miliknya hilang diblokir oleh TikTok.
Akibat langkah penangguhan yang dilakukan aplikasi besutan ByteDance terhadap akun Feroza Aziz tersebut TikTok banyak diserang netizen di dunia karena menilai kebijakan yang diterapkan oleh TikTok tersebut sejalan dengan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah China.
Itulah informasi 5 kontroversi aplikasi TikTok yang menghebohkan dunia. Dan terlepas dari banyaknya kontroversi yang didapat oleh TikTok itu, apabila Anda saat ini masih menggunakan TikTok sebagai medsos kesayangnan Anda selanjutnya apakah akan terus memakainya atau berhenti setelah membaca artikel ini?!