Trending

2024 Pecahkan Rekor Tahun Terpanas, Bagaimana Prediksi 2025?

2024 Pecahkan Rekor Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah, Bagaimana Prediksi 2025
patientpop.com

niadi.net — Layanan Perubahan Iklim Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), baru saja mengonfirmasi bahwa tahun 2024 mencatat suhu global tertinggi yang pernah ada.

Para ilmuwan menyepakati bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, suhu rata-rata dunia melampaui ambang batas 1,5 derajat Celsius di atas era pra-industri. Tahun ini, temperatur global tercatat sekitar 1,6 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan periode 1850-1900.

Kenaikan suhu yang drastis ini dipicu oleh emisi gas rumah kaca akibat pembakaran bahan bakar fosil dalam jumlah besar. Akibatnya, berbagai bencana alam semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia.

Kebakaran hutan melanda Bolivia dan Venezuela, sementara banjir besar menerjang Nepal, Sudan, dan Spanyol. Selain itu, gelombang panas ekstrem di Meksiko dan Arab Saudi telah menyebabkan ribuan korban jiwa.

Dampak pemanasan global tidak hanya terbatas pada bencana alam. Ekosistem juga mengalami tekanan luar biasa akibat perubahan suhu yang ekstrem. Es di kutub semakin mencair, menyebabkan kenaikan permukaan air laut yang dapat mengancam wilayah pesisir.

Selain itu, perubahan iklim turut memengaruhi pola migrasi satwa liar, mengganggu rantai makanan, dan menurunkan hasil pertanian akibat gelombang panas berkepanjangan serta perubahan pola curah hujan.

Seorang pakar tata kelola iklim dari Universitas Bristol, Inggris, Chukwumerije Okereke, menegaskan bahwa tren pemanasan global yang cepat ini seharusnya menjadi peringatan keras bagi para pemimpin dunia untuk segera mengambil langkah-langkah konkret dalam menghadapi perubahan iklim.

"Meskipun berbagai peringatan telah diberikan oleh komunitas ilmiah, pemerintah di berbagai negara masih gagal memenuhi kewajiban mereka dalam mengurangi dampak perubahan iklim," ujarnya dalam wawancara dengan Reuters.

Selain pemerintah, sektor industri juga memiliki peran besar dalam mencegah dampak perubahan iklim yang semakin memburuk. Banyak perusahaan besar masih menggunakan energi berbasis fosil dan belum beralih sepenuhnya ke energi terbarukan.

Industri transportasi dan manufaktur tetap menjadi kontributor utama emisi karbon dioksida yang memperparah pemanasan global. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang lebih ketat untuk mengurangi emisi serta mendorong investasi dalam energi bersih seperti tenaga surya, angin, dan hidrogen.

Namun, dampak suhu tinggi ini tampaknya tidak akan berhenti di tahun 2024. Zeke Hausfather, seorang peneliti dari lembaga nirlaba Berkeley Earth di Amerika Serikat, memperkirakan bahwa tahun 2025 juga akan mencatat suhu tinggi yang signifikan.

"Tahun depan kemungkinan besar akan tetap berada di antara tiga besar tahun terpanas dalam sejarah," katanya.

Perubahan iklim yang semakin nyata turut memperburuk cuaca ekstrem, termasuk badai serta curah hujan tinggi. Atmosfer yang lebih panas mampu menampung lebih banyak uap air, yang akhirnya menyebabkan hujan deras dan banjir besar.

Selain itu, fenomena El Nino yang menghangatkan suhu global serta La Nina yang menyebabkan pendinginan juga berkontribusi terhadap pola iklim ekstrem yang terus terjadi.

Dampak perubahan iklim juga mulai terasa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Gelombang panas yang lebih sering terjadi mengakibatkan lonjakan penggunaan listrik akibat meningkatnya kebutuhan akan pendingin ruangan.

Di beberapa negara, musim panas yang lebih panjang menyebabkan kekeringan berkepanjangan, mengurangi ketersediaan air bersih, serta meningkatkan risiko kebakaran hutan yang lebih luas.

Efek ini tidak hanya berpengaruh pada lingkungan, tetapi juga pada ekonomi global, dengan meningkatnya biaya penanganan bencana serta ancaman terhadap ketahanan pangan dunia.

Dengan tren ini, urgensi tindakan nyata untuk mengurangi emisi karbon dan beralih ke energi ramah lingkungan semakin meningkat. Apabila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, maka risiko bencana akibat perubahan iklim akan semakin besar di masa depan.

Para ahli mendesak adanya investasi yang lebih besar dalam inovasi teknologi hijau serta peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan.

Di tingkat individu, masyarakat juga dapat berkontribusi dalam mengurangi dampak pemanasan global. Mengadopsi gaya hidup berkelanjutan, seperti mengurangi penggunaan kendaraan pribadi berbahan bakar fosil, menghemat energi listrik, serta mendukung produk dan perusahaan yang menerapkan praktik ramah lingkungan, adalah beberapa langkah kecil yang dapat memberikan dampak besar dalam jangka panjang.

Secara keseluruhan, dunia menghadapi tantangan besar dalam menangani perubahan iklim yang semakin memburuk. Jika langkah-langkah signifikan tidak segera diambil, masa depan bumi akan semakin terancam dengan suhu yang terus meningkat serta fenomena cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.

Tahun 2025 kemungkinan akan tetap menjadi salah satu tahun terpanas dalam sejarah, dan tindakan global yang tegas sangat diperlukan untuk mengurangi dampak buruk yang lebih lanjut.

Lebih baru Lebih lama
Cek berita dan artikel menarik niadinet lainnya melalui Google News dan WhatsApp

Formulir Kontak