Trending

Wanita Terkaya Indonesia Kehilangan Rp 59 Triliun dalam 3 Hari: Apa yang Terjadi?

Kekayaan Marina Budiman Anjlok Rp 59 Triliun dalam Tiga Hari: Apa yang Terjadi?
bisnis.com

niadi.net — Selama tiga minggu berturut-turut, Marina Budiman, Komisaris Utama PT DCI Indonesia Tbk (DCII), mengalami lonjakan kekayaan sekitar USD350 juta setiap harinya.

Pada pertengahan Maret 2025, total kekayaannya mencapai USD7,5 miliar, menjadikannya wanita terkaya di Indonesia menurut Bloomberg Billionaires Index.

Namun, euforia tersebut tidak bertahan lama. Hanya dalam tiga hari, saham DCII anjlok tajam, menyebabkan kekayaan bersih Marina merosot hingga setengahnya, setara dengan USD3,6 miliar atau hampir Rp60 triliun.

Fenomena fluktuasi harga saham yang ekstrem bukanlah hal baru di pasar saham Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, puluhan perusahaan mengalami lonjakan harga saham hingga 1.000% atau lebih tanpa didukung oleh fundamental keuangan yang kuat.

Saham DCII, misalnya, diperdagangkan pada 416 kali laba, tertinggi di antara perusahaan sejenis, dengan nilai pasar mendekati USD17 miliar, meskipun pendapatan tahun lalu hanya USD112 juta dan laba USD49 juta.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi volatilitas saham DCII adalah rendahnya jumlah saham yang diperdagangkan secara bebas (free float). Marina Budiman, bersama Otto Toto Sugiri, Han Arming Hanafia, dan Anthoni Salim, menguasai 78% saham DCII.

Dari total 2,4 miliar saham yang beredar, hanya 80.400 saham yang berpindah tangan hingga tengah hari Rabu di Jakarta, dibandingkan dengan jutaan saham di perusahaan seukuran serupa.

Menurut Mohit Mirpuri, manajer dana di SGMC Capital Pte, fluktuasi harga saham DCII sebagian besar disebabkan oleh keterbatasan saham bebasnya. "Selisih bid-offer sempit, sehingga posisi yang substansial dapat menggerakkan saham secara signifikan," kata Mirpuri.

Pada hari Selasa, DCII menjadi saham dengan kinerja terburuk saat indeks saham acuan Indonesia merosot dan memicu penangguhan perdagangan selama 30 menit.

Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran atas langkah-langkah populis Presiden Prabowo Subianto, likuidasi paksa, dan ketidakpastian atas kepemimpinan kementerian keuangan. "Penjualan mendadak ini menjadi kejutan di banyak hal — tiba-tiba membuat pasar terkejut," kata Nirgunan Tiruchelvam, analis di Aletheia Capital.

Sebelum penurunan tersebut, DCII sempat menarik perhatian investor yang bertaruh bahwa permintaan untuk pusat data akan terus tumbuh dan mendorong investasi asing. Misalnya, Oracle Corp. sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah Indonesia untuk mendirikan pusat layanan cloud di negara tersebut.

Marina Budiman, 63 tahun, membantu mendirikan DCI lebih dari satu dekade lalu bersama Otto Toto Sugiri dan Han Arming Hanafia.

Kejadian ini menyoroti betapa volatil dan tidak terduganya pasar saham, terutama bagi perusahaan dengan jumlah saham bebas yang terbatas. Investor perlu lebih berhati-hati dan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental sebelum mengambil keputusan investasi.

Lebih baru Lebih lama
Cek berita dan artikel menarik niadinet lainnya melalui Google News dan WhatsApp

Formulir Kontak