
niadi.net — Pernah kepikiran gimana rasanya pegang segepok uang, tapi nilainya cuma cukup buat beli sebotol air mineral? Di beberapa negara, ini bukan lelucon, tapi kenyataan.
Nilai tukar mata uang mereka sangat rendah hingga ribuan atau bahkan puluhan ribu unit hanya setara dengan satu dolar Amerika.
Fenomena ini bikin banyak orang penasaran—kenapa ada mata uang yang nilainya sangat kecil? Apa yang bikin sebuah mata uang jatuh begitu jauh? Dan di mana posisi rupiah dalam daftar ini?
Nah, biar gak makin penasaran, yuk kita bahas 10 negara dengan mata uang paling lemah di dunia saat ini. Kita juga bakal bahas faktor-faktor yang bikin nilai tukar bisa sampai segitu kecil.
1. Pound Lebanon (LBP)
Di urutan paling bawah alias terlemah adalah Pound Lebanon. Nilainya? Satu pound cuma dihargai sekitar 0,000011 dolar AS. Artinya, buat punya satu dolar, kamu butuh hampir 90 ribu pound Lebanon. Kondisi ini bukan tanpa alasan.
Lebanon menghadapi krisis ekonomi yang parah: inflasi gila-gilaan, sistem perbankan yang kolaps, kekacauan politik, dan angka pengangguran yang terus naik.
Ekonomi yang stagnan, ditambah kepercayaan publik yang merosot terhadap pemerintah, bikin investor kabur dan nilai tukar makin jeblok. Ini jadi contoh jelas gimana krisis dalam negeri bisa menghancurkan nilai mata uang.
2. Rial Iran (IRR)
Rial Iran jadi salah satu mata uang dengan performa terburuk di dunia. Nilainya saat ini sekitar 0,000024 dolar per 1 rial. Iran sejak lama berada dalam tekanan ekonomi, terutama setelah sanksi ekonomi dijatuhkan Amerika Serikat dan sekutunya.
Kombinasi dari embargo minyak, larangan akses ke sistem keuangan internasional, dan konflik politik yang gak kunjung usai membuat nilai rial terus tertekan. Inflasi yang meroket (bahkan sempat menyentuh 40% lebih) membuat uang di Iran kehilangan daya belinya.
3. Dong Vietnam (VND)
Meski perekonomian Vietnam tergolong stabil dan pertumbuhan ekonominya positif, dong tetap jadi salah satu mata uang dengan nilai tukar terendah. Satu dong hanya bernilai sekitar 0,000039 dolar AS.
Penyebabnya? Salah satunya adalah Vietnam yang menjaga nilai mata uang tetap rendah untuk mendukung ekspor.
Tapi belakangan ini, sektor properti Vietnam mulai terguncang, ditambah dengan investasi asing yang makin ketat dan ekspor yang melambat. Hal-hal ini memengaruhi kestabilan dong, meski secara umum ekonomi Vietnam tidak dalam krisis.
4. Leone Sierra Leone (SLL)
Negara di Afrika Barat ini memang gak asing dengan krisis. Setelah bertahun-tahun dihantam perang saudara dan wabah Ebola, Sierra Leone terus berjuang memperbaiki perekonomiannya.
Namun, inflasi tinggi—mencapai 40% lebih—dan utang luar negeri yang menggunung membuat mata uangnya, leone, terpuruk.
Satu leone saat ini cuma dihargai sekitar 0,00044 dolar AS. Korupsi dan ketidakpastian politik semakin memperparah kondisi.
5. Kip Laos (LAK)
Kip dari Laos bernilai sangat rendah di pasar internasional. Satu kip setara dengan 0,000046 dolar. Negara ini punya tantangan besar dalam mengelola utang luar negeri, dan ekonomi domestik tumbuh sangat lambat.
Upaya pemerintah Laos untuk menahan laju inflasi sejauh ini belum berhasil. Investasi asing juga kurang menarik karena masalah transparansi dan struktur hukum yang lemah. Semua itu bikin kip makin gak kompetitif di pasar uang global.
6. Rupiah Indonesia (IDR)
Ya, sayangnya rupiah masuk daftar ini juga. Satu rupiah cuma sekitar 0,000059 dolar AS. Meski begitu, posisi Indonesia tidak separah negara-negara sebelumnya. Ekonomi Indonesia relatif stabil, dengan pertumbuhan positif dalam beberapa tahun terakhir.
Tapi tekanan global seperti krisis energi, ketidakpastian suku bunga dunia, dan ketergantungan impor di beberapa sektor bikin nilai rupiah mudah terguncang. Pemerintah dan Bank Indonesia terus berusaha menstabilkan kurs dengan berbagai kebijakan moneter.
7. Som Uzbekistan (UZS)
Uzbekistan, negara pecahan Uni Soviet, juga punya mata uang yang lemah. Satu som hanya dihargai sekitar 0,000077 dolar. Penyebab utamanya mirip dengan negara-negara lain dalam daftar ini: inflasi tinggi, korupsi merajalela, pertumbuhan ekonomi lambat, dan pengangguran yang tetap tinggi.
Reformasi ekonomi memang sedang berlangsung, tapi hasilnya belum terasa signifikan pada nilai mata uang.
8. Franc Guinea (GNF)
Guinea, yang terletak di Afrika Barat, juga mengalami masalah serupa. Inflasi tinggi dan ketidakstabilan politik jadi faktor utama yang membuat franc Guinea hanya bernilai sekitar 0,00012 dolar.
Negara ini kaya sumber daya alam, tapi sayangnya tidak dikelola dengan baik. Selain itu, konflik regional dan lonjakan jumlah pengungsi dari negara tetangga menambah beban ekonomi.
9. Guarani Paraguay (PYG)
Negara ini mungkin lebih dikenal karena bendungan Itaipu dan energi listriknya. Tapi nilai mata uangnya, guarani, termasuk yang terendah di dunia. Satu guarani cuma sekitar 0,00013 dolar AS.
Masalah utama di Paraguay adalah penyelundupan dan pencucian uang. Meski punya potensi besar di sektor energi, ekonomi bayangan dan korupsi melemahkan kepercayaan internasional terhadap mata uang mereka.
10. Shilling Uganda (USH)
Uganda punya sumber daya alam melimpah—emas, kopi, bahkan minyak. Tapi itu gak menjamin nilai mata uangnya kuat. Satu shilling Uganda hanya setara 0,00027 dolar.
Ketidakstabilan politik, utang luar negeri, dan kurangnya infrastruktur jadi alasan utama kenapa mata uang mereka masih lemah.
Kenapa Nilai Mata Uang Bisa Jatuh?
Ada banyak faktor yang bikin nilai tukar suatu negara jadi lemah. Tapi yang paling umum adalah:- Inflasi tinggi: Harga barang naik terus, daya beli uang turun.
- Ketidakstabilan politik: Investor jadi takut masuk.
- Korupsi: Uang negara bocor, ekonomi stagnan.
- Utang luar negeri besar: Beban pembayaran tinggi, cadangan devisa terkuras.
- Ketergantungan pada impor: Kalau harga dolar naik, semua ikut naik.
Indonesia Masuk, Tapi Masih Terkontrol
Rupiah memang bukan mata uang dengan performa terbaik. Tapi dibanding negara-negara lain di daftar ini, Indonesia masih lebih stabil. Pemerintah masih bisa menjaga inflasi dan punya cadangan devisa yang cukup baik.
Tantangannya sekarang adalah menjaga daya saing ekspor, memperkuat industri dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan terhadap impor serta utang luar negeri.
Daftar di atas bukan sekadar angka. Di balik nilai mata uang yang rendah, ada cerita tentang krisis, konflik, dan perjuangan ekonomi. Tapi yang juga perlu kita ingat: nilai mata uang rendah belum tentu berarti negara itu gagal. Banyak faktor kompleks yang bermain, dan ada harapan di balik setiap tantangan.
Kalau kamu penasaran soal perkembangan ekonomi dunia dan bagaimana kurs mata uang memengaruhi hidup kita sehari-hari, pantengin terus info kurs dollar hari ini yang up-to-date disini: niadi.net/p/kurs.html. Karena nilai tukar bisa jadi cermin kondisi suatu negara—dan kadang bisa jadi pelajaran berharga buat kita semua.