niadi.net - Eksistensi sebuah media berita online maupun konvensional sekarang ini laksana dua mata uang, keberadaannya tak dapat kita pungkiri telah memberikan pengaruh nyata bagi kehidupan keseharian kita.
Media saat ini, pada satu sisi memberikan hal yang positif dan luar biasa bagi kehidupan kita sehari-hari sebab mampu memberikan segala hal informasi yang diperlukan oleh masyarakat luas, tetapi juga di satu sisi lainnya apabila media sudah tak berimbang maka pasti akan berdampak negatif yang benar-benar bisa merugikan pihak lain yang berseberangan dari media tersebut.
Maka media berita yang sejatinya mempunyai kekuatan besar dalam hal penyampaian informasi ini, seharusnya harus tetap dan selalu ada di tengah-tengah demi tercapai dan terjaganya keseimbangan untuk masyarakat luas secara umumnya sebagai konsumen dari media tersebut.
Kehadiran media berita yang netral pastinya selalu menjadi dambaan keberadaannya oleh masyarakat, tetapi bila media sudah tidak berada posisi yang seharusnya lagi (netral) pastinya media tersebut akan mendapat punishment dari masyarakat dengan menjauhi atau bahkan meninggalkan media tersebut. Dan kepercayaan atas media yang tidak netral akan berkurang, semakin menipis, dan bahkan bisa menghilang pada akhirnya.
Seperti diketahui, sejak awal mula keberadaannya pun media berita memang jauh dari 'netral', karena setiap informasi maupun berita yang disampaikan akan selalu ada dalam ruang 'kepentingan' dalam penyampainya.
Seringkali kita melihat berita-berita yang nyatanya biasa-biasa saja menjadi sangat luar biasa sebab adanya peran dari media, pun sebaliknya informasi atau berita yang spektakuler akan dapat terkesan biasa-biasa saja lantaran sebab adanya peran campur tangan media sebagai penyampai informasi/berita tersebut.
Dari sinilah media berita memperlihatkan peranannya, apakah mereka berperan sebagai penyampai berita yang ala kadarnya/sesuai kenyataannya dalam menyampaikan informasi yang di dapat. Ataukah mereka meramu informasi dengan bumbu-bumbu sebelum mereka sampaikan pada pemirsa?
Bumbu-bumbu informasi yang bisa disebut juga manipulasi biasanya hadir di ruang tertutup tangan-tangan media sebelum informasi benar-benar muncul kepermukaan dinikmati masyarakat.
Sungguh berbahayanya apabila sebuah media berita memberikan bumbu manipulasi atas informasi-informasi yang dihadirkan dari media tersebut. Dampak negatifnya akan ada gangguan dan bahkan konflik atas akibat informasi dari berita yang disampaikan oleh media yang tak netral atas informasi yang disuguhkannya itu.
Menariknya, ada sebuah survei yang telah dilakukan di negeri paman sam sana dimana dalam laporan survei tersebut hasilnya adalah warga Amerika mempunyai lebih banyak kesan negatif atas informasi yang mereka dapat dari suatu media sebanyak 43 persen, dan sebanyak 33 persen saja yang hanya mempunyai kesan positif atas infromasi yang mereka dapat dari media berita.
Sedikitnya persentase kesan positif yang dimiliki oleh warga Amerika tersebut lantaran mereka kesulitan dalam menentukan kebenaran atas informasi berita yang mereka dapat itu.
Bias permasalahannya dalam dunia ideal sekarang ini, media berita yang selayaknya objektif dalam peranannya dan sebagai pemegang dari dominasi atas pertanggungjawaban informasi yang mereka sampaikan itu nyatanya berbanding terbalik dari keharusannya.
Bumbu-bumbu yang bernama manipulasi yang telah dihadirkan banyak media berita sekarang ini telah melahirkan gangguan kebingungan di banyak lapisan masyarakat.
Kenyataan yang dihadapi dari dunia informasi ini adalah mayoritas media berita saat ini adalah keberpihakan mereka. Mereka (media berita) sesungguhnya adalah para partisan, baik untuk sebuah partai politik atau pun kelompok tertentu. Maka, sudah dapat dipastikan akan tidak adanya netralitas dalam sebuah informasi yang mereka sampaikan.
Media yang dimiliki oleh sebuah negara atau pun yang dijalankan oleh mereka para miliarder nakal yang bertujuan untuk menghindari pajak, akan menciptakan suatu 'massa' untuk menyaksikan dunia dalam sudut pandang tertentu seringkali jadi kekuatan potensial yang ampuh untuk digunakan.
Oleh karena 'kenakalan' dari media yang tak berpihak pada kebenaran informasi inilah akibatnya menimbulkan kepercayaan yang rendah dari masyarakat pada media. Berdasarkan keterangan dari survei yang sama juga menghasilkan 8 dari 10 orang Amerika juga percaya bahwasanya media berita itu kritis terhadap demokrasi mereka.
Dalam hasil survei tersebut juga masih terdapatnya kesenjangan diantara harapan tinggi dari masyarakat atas media yang jujur dan objektif dalam peranannya masih terlihat besar. Namun kadang, saat topeng asli dari sang media terlepas dan praktek manipulasi mereka terungkap, maka kepercayaan masyarakat yang rusak akibat hal itu akan menggiring mereka (masyarakat) untuk tidak lagi menerima segala informasi apapun dari media tersebut.
Masyarakat pun akhirnya berpindah ke media sosial, pada sumber-sumber media lainnya agar bisa menutupi dahaga atas hausnya informasi. Namun itu pula bukan jawaban atas pertanyaan, karena disana (media sosial) juga lah kejahatan-kejahatan manipulasi informasi malah tak terbendung ganasnya memangsa. Karena di media sosial, bukan hanya informasi saja yang gampang dimanipulasi, namun sang sumber media pun akan sangat mudah dimanipulasi.
Media berita konvensional yang baik, jujur, dan objektif tetaplah dibutuhkan sebagai ruang diskusi dan debat para ahli dalam menyampaikan infromasinya. Namun yang paling utamanya adalah media-media berita tersebut harus bisa untuk berhenti dalam praktek memanipulasi inf0rmasi yang mereka sampaikan bagi masyarakat agar gangguan-gangguan kebingungan masyarakat dan bahkan konflik tidak tercipta di kemudian hari.
Menyinggung praktek soal manipulasi informasi yang dilakukan oleh media berita yang tidak netral, kami berikan beberapa contoh informasi-informasi yang telah dimanipulasi kebenarannya.
Bila Anda melihat begitu mewahnya sebuah tampilan pembawa acara pada sebuah tayangan di televisi, jangan langsung percaya dulu. Karena apa yang Anda lihat pada layar kaca pada kenyataannya tak sesuai dengan apa yang sesungguhnya ketika ditayangkan.
Dalam sebuah acara perayaan kelahiran bayi kerajaan ketiga di Inggris. Satu moment menjadi dua makna karena hasil sebuah foto yang diambil dari 2 posisi yang berbeda. Di satu sisi Anda akan melihat Pangeran William sedang mengacungkan jari tengah, sedangkan di foto yang satunya Anda melihat dia memberikan isyarat 3 jari.
Sebuah foto yang meliput konflik di timur tengah, Israel dan Palestina. Kenyataannya adalah itu sebuah pementasan foto kerjasama antara seorang pemuda Palestina dengan seorang fotografer yang bernama Ruben Salvadori.
Tentara Marinir Amerika Serikat yang berasal dari ekspedisi marinir ke-15 terlihat sedang membantu memberi minum kepada seorang tentara Irak di Irak Selatan pada 21 Maret 2003 silam. Terlintas pada sebuah foto yang telah dimanipulasi/diedit tentara AS malah terlihat sedang menodongkan senjatanya pada tentara Irak yang tak berdaya.
Sebuah demo protes pajak di Paris Perancis yang perbedaannya nampak jelas sekali antara tayangan di media dengan kenyataan ditempat kejadian demo.
Theresa May, seorang pemimpin partai konservatif di Northumberland sedang melangsungkan acara peluncuran bus kampanye-nya. Antusiasme warga yang mendatangi acara kampanye bus sang pemimpin konservatif itu hanyalah manipulasi media saja ternyata.
Anak kecil pun di ekspolitasi demi kepentingan pihak tertentu.
Foto-foto di atas telah banyak menunjukkan bahwa Anda haruslah lebih selektif lagi dalam menerima informasi-informasi yang di dapat. Jangan langsung ditelan mentah-mentah, juga dibagikan pada sanak kerabat, teman, tetangga dlsb, karena begitu mengerikannya media-media yang tak netral dalam memanipulasi dan menipu masyarakat dengan beragam karya palsu yang mereka sampaikan.
Media saat ini, pada satu sisi memberikan hal yang positif dan luar biasa bagi kehidupan kita sehari-hari sebab mampu memberikan segala hal informasi yang diperlukan oleh masyarakat luas, tetapi juga di satu sisi lainnya apabila media sudah tak berimbang maka pasti akan berdampak negatif yang benar-benar bisa merugikan pihak lain yang berseberangan dari media tersebut.
Maka media berita yang sejatinya mempunyai kekuatan besar dalam hal penyampaian informasi ini, seharusnya harus tetap dan selalu ada di tengah-tengah demi tercapai dan terjaganya keseimbangan untuk masyarakat luas secara umumnya sebagai konsumen dari media tersebut.
Kehadiran media berita yang netral pastinya selalu menjadi dambaan keberadaannya oleh masyarakat, tetapi bila media sudah tidak berada posisi yang seharusnya lagi (netral) pastinya media tersebut akan mendapat punishment dari masyarakat dengan menjauhi atau bahkan meninggalkan media tersebut. Dan kepercayaan atas media yang tidak netral akan berkurang, semakin menipis, dan bahkan bisa menghilang pada akhirnya.
Seperti diketahui, sejak awal mula keberadaannya pun media berita memang jauh dari 'netral', karena setiap informasi maupun berita yang disampaikan akan selalu ada dalam ruang 'kepentingan' dalam penyampainya.
Seringkali kita melihat berita-berita yang nyatanya biasa-biasa saja menjadi sangat luar biasa sebab adanya peran dari media, pun sebaliknya informasi atau berita yang spektakuler akan dapat terkesan biasa-biasa saja lantaran sebab adanya peran campur tangan media sebagai penyampai informasi/berita tersebut.
Dari sinilah media berita memperlihatkan peranannya, apakah mereka berperan sebagai penyampai berita yang ala kadarnya/sesuai kenyataannya dalam menyampaikan informasi yang di dapat. Ataukah mereka meramu informasi dengan bumbu-bumbu sebelum mereka sampaikan pada pemirsa?
Bumbu-bumbu informasi yang bisa disebut juga manipulasi biasanya hadir di ruang tertutup tangan-tangan media sebelum informasi benar-benar muncul kepermukaan dinikmati masyarakat.
Manipulasi adalah sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan, pensembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta-fakta ataupun sejarah yang dilakukan berdasarkan sistem perancangan sebuah tata sistem nilai, manipulasi adalah bagian penting dari tindakan penanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu. (Wikipedia)
Sungguh berbahayanya apabila sebuah media berita memberikan bumbu manipulasi atas informasi-informasi yang dihadirkan dari media tersebut. Dampak negatifnya akan ada gangguan dan bahkan konflik atas akibat informasi dari berita yang disampaikan oleh media yang tak netral atas informasi yang disuguhkannya itu.
Menariknya, ada sebuah survei yang telah dilakukan di negeri paman sam sana dimana dalam laporan survei tersebut hasilnya adalah warga Amerika mempunyai lebih banyak kesan negatif atas informasi yang mereka dapat dari suatu media sebanyak 43 persen, dan sebanyak 33 persen saja yang hanya mempunyai kesan positif atas infromasi yang mereka dapat dari media berita.
Sedikitnya persentase kesan positif yang dimiliki oleh warga Amerika tersebut lantaran mereka kesulitan dalam menentukan kebenaran atas informasi berita yang mereka dapat itu.
Bias permasalahannya dalam dunia ideal sekarang ini, media berita yang selayaknya objektif dalam peranannya dan sebagai pemegang dari dominasi atas pertanggungjawaban informasi yang mereka sampaikan itu nyatanya berbanding terbalik dari keharusannya.
Bumbu-bumbu yang bernama manipulasi yang telah dihadirkan banyak media berita sekarang ini telah melahirkan gangguan kebingungan di banyak lapisan masyarakat.
Kenyataan yang dihadapi dari dunia informasi ini adalah mayoritas media berita saat ini adalah keberpihakan mereka. Mereka (media berita) sesungguhnya adalah para partisan, baik untuk sebuah partai politik atau pun kelompok tertentu. Maka, sudah dapat dipastikan akan tidak adanya netralitas dalam sebuah informasi yang mereka sampaikan.
Media yang dimiliki oleh sebuah negara atau pun yang dijalankan oleh mereka para miliarder nakal yang bertujuan untuk menghindari pajak, akan menciptakan suatu 'massa' untuk menyaksikan dunia dalam sudut pandang tertentu seringkali jadi kekuatan potensial yang ampuh untuk digunakan.
Oleh karena 'kenakalan' dari media yang tak berpihak pada kebenaran informasi inilah akibatnya menimbulkan kepercayaan yang rendah dari masyarakat pada media. Berdasarkan keterangan dari survei yang sama juga menghasilkan 8 dari 10 orang Amerika juga percaya bahwasanya media berita itu kritis terhadap demokrasi mereka.
Dalam hasil survei tersebut juga masih terdapatnya kesenjangan diantara harapan tinggi dari masyarakat atas media yang jujur dan objektif dalam peranannya masih terlihat besar. Namun kadang, saat topeng asli dari sang media terlepas dan praktek manipulasi mereka terungkap, maka kepercayaan masyarakat yang rusak akibat hal itu akan menggiring mereka (masyarakat) untuk tidak lagi menerima segala informasi apapun dari media tersebut.
Masyarakat pun akhirnya berpindah ke media sosial, pada sumber-sumber media lainnya agar bisa menutupi dahaga atas hausnya informasi. Namun itu pula bukan jawaban atas pertanyaan, karena disana (media sosial) juga lah kejahatan-kejahatan manipulasi informasi malah tak terbendung ganasnya memangsa. Karena di media sosial, bukan hanya informasi saja yang gampang dimanipulasi, namun sang sumber media pun akan sangat mudah dimanipulasi.
Media berita konvensional yang baik, jujur, dan objektif tetaplah dibutuhkan sebagai ruang diskusi dan debat para ahli dalam menyampaikan infromasinya. Namun yang paling utamanya adalah media-media berita tersebut harus bisa untuk berhenti dalam praktek memanipulasi inf0rmasi yang mereka sampaikan bagi masyarakat agar gangguan-gangguan kebingungan masyarakat dan bahkan konflik tidak tercipta di kemudian hari.
Menyinggung praktek soal manipulasi informasi yang dilakukan oleh media berita yang tidak netral, kami berikan beberapa contoh informasi-informasi yang telah dimanipulasi kebenarannya.
1. Ekspektasi v Realita di Stasiun Berita Televisi
Bila Anda melihat begitu mewahnya sebuah tampilan pembawa acara pada sebuah tayangan di televisi, jangan langsung percaya dulu. Karena apa yang Anda lihat pada layar kaca pada kenyataannya tak sesuai dengan apa yang sesungguhnya ketika ditayangkan.
2. Foto Jari Pangeran William
Dalam sebuah acara perayaan kelahiran bayi kerajaan ketiga di Inggris. Satu moment menjadi dua makna karena hasil sebuah foto yang diambil dari 2 posisi yang berbeda. Di satu sisi Anda akan melihat Pangeran William sedang mengacungkan jari tengah, sedangkan di foto yang satunya Anda melihat dia memberikan isyarat 3 jari.
3. Konflik Israel dan Palestina
Sebuah foto yang meliput konflik di timur tengah, Israel dan Palestina. Kenyataannya adalah itu sebuah pementasan foto kerjasama antara seorang pemuda Palestina dengan seorang fotografer yang bernama Ruben Salvadori.
4. Tentara Marinir Amerika Serikat menodong senjata kepada tentara Irak
Tentara Marinir Amerika Serikat yang berasal dari ekspedisi marinir ke-15 terlihat sedang membantu memberi minum kepada seorang tentara Irak di Irak Selatan pada 21 Maret 2003 silam. Terlintas pada sebuah foto yang telah dimanipulasi/diedit tentara AS malah terlihat sedang menodongkan senjatanya pada tentara Irak yang tak berdaya.
5. Unjuk Rasa Protes Pajak di Paris
Sebuah demo protes pajak di Paris Perancis yang perbedaannya nampak jelas sekali antara tayangan di media dengan kenyataan ditempat kejadian demo.
6. Tentara yang sedang bermain dengan anak-anak
7. Keramaian pengunjung pada pelantikan Presiden Donald Trump
8. Antusias pada kampanye Theresia May
Theresa May, seorang pemimpin partai konservatif di Northumberland sedang melangsungkan acara peluncuran bus kampanye-nya. Antusiasme warga yang mendatangi acara kampanye bus sang pemimpin konservatif itu hanyalah manipulasi media saja ternyata.
9. Acara-acara Hilary Clinton di berbagai tempat
10. Foto Propaganda Protes Pro-Imigrasi
Anak kecil pun di ekspolitasi demi kepentingan pihak tertentu.
11. Foto Tentara yang menodongkan senjatanya pada seekor Babi
Foto-foto di atas telah banyak menunjukkan bahwa Anda haruslah lebih selektif lagi dalam menerima informasi-informasi yang di dapat. Jangan langsung ditelan mentah-mentah, juga dibagikan pada sanak kerabat, teman, tetangga dlsb, karena begitu mengerikannya media-media yang tak netral dalam memanipulasi dan menipu masyarakat dengan beragam karya palsu yang mereka sampaikan.