niadi.net - Tanah gambut, masam, sodik, dan salin selalu menimbulkan masalah bagi usaha budidaya tanaman. Berikut cara mengatasinya dan jenis-jenis tanaman yang dapat tumbuh dan produktif di lahan tersebut.
Menurut Dr. Didiek Hadjar Goenadi, M. Sc., pedologist di Puslit Bioteknologi Perkebunan, Bogor, tanah bermasalah artinya tanah yang memerlukan ameliorasi (masukan) untuk memperbaiki faktor yang menjadi kendala, bila akan dikelola sebagai lahan pertanian. Secara garis besar, ada tiga jenis tanah bermasalah, yaitu tanah gambut, tanah masam, dan tanah kapur. Tanah kapur bisa dibedakan lagi menjadi tanah sodik dan tanah salin.
Tanah gambut menjadi masalah apabila tingkat kematangannya rendah atau masih muda, sehingga bobot isinya kurang dari 1 g/cm2. Padahal, untuk dapat menjalankan fungsi sebagai media tempat tumbuh tanaman yang kuat, seharusnya bobot isinya 1 - 2 g/cm2. Derajat keasaman (pH) tanah gambut juga rendah, yaitu sekitar 3,5.
Pada kondisi itu kandungan unsur molibdendum dalam tanah sedikit, namun unsur tembaga, mangan, seng, besi dan kadang-kadang alumunium, tersedia sangat banyak. Situasi semacam ini menyebabkan tanaman dapat keracunan. Lebih-lebih air tanah gambut umumnya tinggi sehingga tanaman sering tergenang bila tidak tersedia sarana drainase yang baik.
Agar pengelolaannya lebih mudah, tanah gambut untuk pertanian sebaiknya dipilih di lokasi yang jauh dari pasang surut air laut, misalnya di pedalaman. Tanah gambut pedalaman biasanya lebih matang sehingga bobot isinya tinggi. Contohnya di pantai timur Sumatera dekat Bukita Barisan, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Irian Jaya.
Yang dapat ditanam di tanah gambut harus tanaman yang tahan terhadap kemasaman dan drainase yang buruk. Misalnya kelapa sawit, karet, nenas, sayur-sayuran, dan tanaman pangan yang cocok dengan iklim setempat.
Tanah masam bisa terjadi karena bahan induk tanah memang bersifat masam atau karena tingginya intensitas pencucian basa. Akibatnya, tanah banyak mengandung cation aluminium dan hidrogen. Kandungan unsur mikro lain, kecuali molibdenum, juga tinggi. Sedangkan pH-nya rata-rata kurang dari 5. Partikel penyusun tanah masam bisa didominasi pasir kwarsa atau liat. Jika lebih banyak kwarsa, tanah tidak dapat menahan unsur hara. Sedangkan jika banyak liat, tanah mudah padat dan aerasinya buruk.
Perbedaan tanah masam dengan tanah gambut terletak pada kandungan bahan organiknya. Tanah gambut banyak mengandung bahan organiknya. Tanah gambut banyak mengandung bahan organik, sedangkan tanah masam miskin. Itulah sebabnya warna tanahnya pucat, mulai dari kuning hingga merah.
Tanah masam terdapat hampir di seluruh Indonesia, meliputi Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Pengecualian di dataran tinggi dekat gunung di daerah-daerah tersebut, tidak terdapat tanah masam.
Tanah masam perlu ditambah bahan organik (pupuk kandang atau kompos) bila dipakai untuk budidaya tanaman. Bahkan untuk tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit dan karet, sebaiknya ditambah dengan sumber Ca dan Mg, dari dolomit atau kieserit.
Tanah sodik adalah tanah yang banyak mengandung unsur natrium (Na) karena pengaruh air laut. Biasanya jenis tanah ini terdapat di pantai yang baru muncul atau di delta. Semakin tingginya kandungan Na, struktur tanah jadi sangat jelek. Akar tanaman praktis tidak dapat berkembang sehingga akan mati. Warna tanah sodik biasanya kelabu putih dan pH-nya lebih dari 6.
Di Indonesia jarang dietmukan tanah sodik. Jenis tanah ini hanya terdapat di Madura. Negara yang banyak tanah sodiknya ialah Negara Belanda. Di sana pemanfaatannya untuk pertanian baru bisa dilakukan setelah ditambahkan kapur karbonat dosis tinggi yang menghabiskan biaya besar.
Tanah salin, seperti juga tanah sodik, berkembang dari bahan induk berupa kapur, hanya unsur logam yang banyak dikandungnya adalah magnesium (Mg). Sesuai dengan namanya salin, pH tanah salin lebih dari 6 karena lebih banyak mengandung OH-sisa garam-garaman. Kandungan unsur mikronya, kecuali molibdendum, rendah.
Daerah yang terkenal bertanah salin ialah Gunung Kidul di Jawa Tengah dan Kendeng di Jawa Timur.
Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh baik di tanah salin. Misalnya jati, jambu mete, dan tebu. Tanaman pangan sayuran dan tanaman hias di tanah salin hasilnya bisa memuaskan asal diberi pupuk sumber sulfur, misalnya K2SO4 atau ZA. Boleh juga memakai gypsum (gips atau batu tahu). Jenis Tanah Bermasalah dan Persebarannya di Indonesia.
Menurut Dr. Didiek Hadjar Goenadi, M. Sc., pedologist di Puslit Bioteknologi Perkebunan, Bogor, tanah bermasalah artinya tanah yang memerlukan ameliorasi (masukan) untuk memperbaiki faktor yang menjadi kendala, bila akan dikelola sebagai lahan pertanian. Secara garis besar, ada tiga jenis tanah bermasalah, yaitu tanah gambut, tanah masam, dan tanah kapur. Tanah kapur bisa dibedakan lagi menjadi tanah sodik dan tanah salin.
1. Tanah Gambut
Tanah gambut menjadi masalah apabila tingkat kematangannya rendah atau masih muda, sehingga bobot isinya kurang dari 1 g/cm2. Padahal, untuk dapat menjalankan fungsi sebagai media tempat tumbuh tanaman yang kuat, seharusnya bobot isinya 1 - 2 g/cm2. Derajat keasaman (pH) tanah gambut juga rendah, yaitu sekitar 3,5.
Pada kondisi itu kandungan unsur molibdendum dalam tanah sedikit, namun unsur tembaga, mangan, seng, besi dan kadang-kadang alumunium, tersedia sangat banyak. Situasi semacam ini menyebabkan tanaman dapat keracunan. Lebih-lebih air tanah gambut umumnya tinggi sehingga tanaman sering tergenang bila tidak tersedia sarana drainase yang baik.
Agar pengelolaannya lebih mudah, tanah gambut untuk pertanian sebaiknya dipilih di lokasi yang jauh dari pasang surut air laut, misalnya di pedalaman. Tanah gambut pedalaman biasanya lebih matang sehingga bobot isinya tinggi. Contohnya di pantai timur Sumatera dekat Bukita Barisan, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Irian Jaya.
Yang dapat ditanam di tanah gambut harus tanaman yang tahan terhadap kemasaman dan drainase yang buruk. Misalnya kelapa sawit, karet, nenas, sayur-sayuran, dan tanaman pangan yang cocok dengan iklim setempat.
2. Tanah Masam
Tanah masam bisa terjadi karena bahan induk tanah memang bersifat masam atau karena tingginya intensitas pencucian basa. Akibatnya, tanah banyak mengandung cation aluminium dan hidrogen. Kandungan unsur mikro lain, kecuali molibdenum, juga tinggi. Sedangkan pH-nya rata-rata kurang dari 5. Partikel penyusun tanah masam bisa didominasi pasir kwarsa atau liat. Jika lebih banyak kwarsa, tanah tidak dapat menahan unsur hara. Sedangkan jika banyak liat, tanah mudah padat dan aerasinya buruk.
Perbedaan tanah masam dengan tanah gambut terletak pada kandungan bahan organiknya. Tanah gambut banyak mengandung bahan organiknya. Tanah gambut banyak mengandung bahan organik, sedangkan tanah masam miskin. Itulah sebabnya warna tanahnya pucat, mulai dari kuning hingga merah.
Tanah masam terdapat hampir di seluruh Indonesia, meliputi Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Pengecualian di dataran tinggi dekat gunung di daerah-daerah tersebut, tidak terdapat tanah masam.
Tanah masam perlu ditambah bahan organik (pupuk kandang atau kompos) bila dipakai untuk budidaya tanaman. Bahkan untuk tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit dan karet, sebaiknya ditambah dengan sumber Ca dan Mg, dari dolomit atau kieserit.
3. Tanah Sodik
Tanah sodik adalah tanah yang banyak mengandung unsur natrium (Na) karena pengaruh air laut. Biasanya jenis tanah ini terdapat di pantai yang baru muncul atau di delta. Semakin tingginya kandungan Na, struktur tanah jadi sangat jelek. Akar tanaman praktis tidak dapat berkembang sehingga akan mati. Warna tanah sodik biasanya kelabu putih dan pH-nya lebih dari 6.
Di Indonesia jarang dietmukan tanah sodik. Jenis tanah ini hanya terdapat di Madura. Negara yang banyak tanah sodiknya ialah Negara Belanda. Di sana pemanfaatannya untuk pertanian baru bisa dilakukan setelah ditambahkan kapur karbonat dosis tinggi yang menghabiskan biaya besar.
4. Tanah Salin
Tanah salin, seperti juga tanah sodik, berkembang dari bahan induk berupa kapur, hanya unsur logam yang banyak dikandungnya adalah magnesium (Mg). Sesuai dengan namanya salin, pH tanah salin lebih dari 6 karena lebih banyak mengandung OH-sisa garam-garaman. Kandungan unsur mikronya, kecuali molibdendum, rendah.
Daerah yang terkenal bertanah salin ialah Gunung Kidul di Jawa Tengah dan Kendeng di Jawa Timur.
Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh baik di tanah salin. Misalnya jati, jambu mete, dan tebu. Tanaman pangan sayuran dan tanaman hias di tanah salin hasilnya bisa memuaskan asal diberi pupuk sumber sulfur, misalnya K2SO4 atau ZA. Boleh juga memakai gypsum (gips atau batu tahu). Jenis Tanah Bermasalah dan Persebarannya di Indonesia.