niadi.net - Pada saat ini kita berada di bulan Rajab 1441 H, bulan yang tidak bisa terlepas dari sejarah, Rasulullah SAW. Sebagai umatnya kita harus mengikuti beliau baik dalam tingkah laku, tutur kata ataupun budi pekerti beliau.
Banyak hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa yang maha agung ini. Diantaranya sebagai berikut:
Selepas dari penderitaan ini, secara beruntun wafat dua orang pembela utamanya. Masing-masing Abu Thalib dan istri Nabi sendiri, Khadijah. Dua peristiwa memilukan ini kafir quraisy bertambah berani menyakiti Nabi, jiwa dan raganya. Akibatnya, Nabi pergi ke Thaif. Kepergian ini dengan harapan dapat memperoleh dukungan dan suaka sekaligus untuk berdakwah.
Tapi apa yang diperoleh, justru kebalikan. Yaitu diperlakukan kasar; beliau diusir dan dilempari dengan batu dan kotoran sampai berdarah. Nabi kembali ke Makkah, dan terjadilah peristiwa Isra' Mi'raj yang menakjubkan.
Kenyataan dari peristiwa ini, mengajak muslim untuk mempergunakan masjid sebagai basis, tempat mula pertama melangkah. Dan sesuai dengan sifat masjid yang suci, maka setiap muslim yang melangkah keluar, jiwa raganya harus dilandasi kesucian.
Tapi sebaliknya, manusia diminta untuk meniru contoh-contoh yang baik dan orang-orang sebelumnya. Dengan demikian, ummat islam diajari untuk selalu mempelajari dan mempergunakan sejarah dengan baik. Melalui berbagai ayat-ayat Al-Qur'an maupun hadits-hadits Rasulullah (kemudian diperkuat oleh hasil-hasil temuan para sejarawan) banyak sekali yang diberitakan sejarah orang-orang terdahulu, yang sukses dan yang gagal, semata-mata agar kita selamat.
Hal ini berdampak lebih luas dalam kehidupan sehari-hari, agar manusia bertindak secara hemat dan berhasil guna. Kita diajari untuk mempergunakan waktu sebaik-baiknya. Ali bin Abi Thalib ra mengumpamakan waktu itu ibarat pedang, jika tidak bisa dipergunakan dengan baik akan melukai dan membabat dirinya sendiri.
Membagi rasa dalam suka dan duka dengan sesama atau dengan orang yang dibawahnya, dipimpinannya, sekarang ini sangat jarang ditemukan. Ia seperti barang antik yang sulit dicari. Maka dengan membaca, memperhatikan serta meresapkan berbagai peristiwa yang dialami Rasulullah, mudah-mudahan sifat-sifat tercela bisa dikurangi bahkan hilang sama sekali.
Begitu pentingnya shalat itu sampai-sampai pesan terakhir Rasulullah menjelang wafatnya adalah mengingatkan kepada ummatnya jangan sampai meninggalkan shalat. Sebab di dalam shalat itulah seorang hamba akan lebih dekat kepada Allah, penciptanya.
Banyak hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa yang maha agung ini. Diantaranya sebagai berikut:
1. Sebagai Batu Ujian
Sebelum peristiwa Isra' Mi'raj terjadi, selama beberapa waktu lamanya, Nabi mengalami ujian yang sangat berat. Selama tiga tahun beliau dikucilkan di suatu tempat yang sangat terpencil. Di celah-celah bukit tandus (dikenal dengan nama Sya'ib Abu Thalib). Bersama dengan para sahabatnya yang setia, beliau dilarang berhubungan dengan siapapun, dan dalam bentuk apapun.Selepas dari penderitaan ini, secara beruntun wafat dua orang pembela utamanya. Masing-masing Abu Thalib dan istri Nabi sendiri, Khadijah. Dua peristiwa memilukan ini kafir quraisy bertambah berani menyakiti Nabi, jiwa dan raganya. Akibatnya, Nabi pergi ke Thaif. Kepergian ini dengan harapan dapat memperoleh dukungan dan suaka sekaligus untuk berdakwah.
Tapi apa yang diperoleh, justru kebalikan. Yaitu diperlakukan kasar; beliau diusir dan dilempari dengan batu dan kotoran sampai berdarah. Nabi kembali ke Makkah, dan terjadilah peristiwa Isra' Mi'raj yang menakjubkan.
2. Masjid: Landasan dan Cita-Cita Muslim
Isra Mi'raj berlangsung dari Masjidil Haram (Ka'bah) ke Masjidil Al-Aqsa, terus naik ke Sidratul Muntaha. Pulangnya lewat dan singgah di kedua masjid itu pula. Masjid sebagaimana diketahui, merupakan tempat suci, tempat orang bersujud, menyucikan diri dan mengadu serta memasrahkan diri secara total hanya kepada Allah SWT.Kenyataan dari peristiwa ini, mengajak muslim untuk mempergunakan masjid sebagai basis, tempat mula pertama melangkah. Dan sesuai dengan sifat masjid yang suci, maka setiap muslim yang melangkah keluar, jiwa raganya harus dilandasi kesucian.
3. Mempergunakan Sejarah
Dalam perjalanan isra miraj oleh Allah diperlihatkan kepada Nabi contoh-contoh akibat perbuatan manusia selama hidupnya di dunia. Ada yang makan riba, menggunjing, tidak menutup auratnya, dan sebagainya. Contoh-contoh itu sengaja diperlihatkan, yang buruk dan yang baik, agar manusia dibelakang hari jangan mengulangi kembali kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh orang-orang terdahulu.Tapi sebaliknya, manusia diminta untuk meniru contoh-contoh yang baik dan orang-orang sebelumnya. Dengan demikian, ummat islam diajari untuk selalu mempelajari dan mempergunakan sejarah dengan baik. Melalui berbagai ayat-ayat Al-Qur'an maupun hadits-hadits Rasulullah (kemudian diperkuat oleh hasil-hasil temuan para sejarawan) banyak sekali yang diberitakan sejarah orang-orang terdahulu, yang sukses dan yang gagal, semata-mata agar kita selamat.
4. Menyeimbangkan dan Teknologi
Rasulullah dalam isra' mi'raj mempergunakan kendaraan Buraq yang dilukiskan dalam berbagai hadits, datu lompatan kakinya adalah sejauh mata memandang. Tidak berlebihan, jika perjalanan yang begitu jauh tak terbayangkan akal pikiran manusia, berlangsung hanya semalam saja. Buraq memang kendaraan istimewa. Dan kisah nyata buraq inilah kreasi manusia berkembang sehingga melahirkan pesawat terbang. Suatu kendaraan yang telah membawa jarak dan waktu menjadi begitu singkat dan efisien.Hal ini berdampak lebih luas dalam kehidupan sehari-hari, agar manusia bertindak secara hemat dan berhasil guna. Kita diajari untuk mempergunakan waktu sebaik-baiknya. Ali bin Abi Thalib ra mengumpamakan waktu itu ibarat pedang, jika tidak bisa dipergunakan dengan baik akan melukai dan membabat dirinya sendiri.
5. Selalu Ingat Yang Di Bawah
Salah satu yang diperhatikan Allah kepada Rasul-nya tatkala mi'raj adalah kehidupan penuh kenikmatan di Surga. Namun demikian, Rasulullah tetap kembali ke bumi, menemui ummatnya, menyampaikan kabar gembira kepada ummatnya. Beliau memang contoh ideal, jauh dari sifat dan sikap mementingkan diri sendiri. Begitu ia merasakan nikmatnya hidup, tidak terus memuaskan dirinya semata. Ia ingat rakyatnya, ingat ummatnya.Membagi rasa dalam suka dan duka dengan sesama atau dengan orang yang dibawahnya, dipimpinannya, sekarang ini sangat jarang ditemukan. Ia seperti barang antik yang sulit dicari. Maka dengan membaca, memperhatikan serta meresapkan berbagai peristiwa yang dialami Rasulullah, mudah-mudahan sifat-sifat tercela bisa dikurangi bahkan hilang sama sekali.
6. Shalat Ibadah Penentu
Oleh-oleh dari isra' mi'raj yang utama adalah perintah shalat lima waktu sehari semalam. Ibadah ini merupakan ibadah yang sangat menentukan bagi setiap muslim. Nabi pernah menegaskan:"Amalan yang mula-mula dihisab, dari seorang hamba di hari kiamat ialah shalatnya. Jika shalatnya diterima, maka diterimalah amal-amal yang lain. Jika shalatnya ditolak (tidak diterima), ditolaklah amal-amalnya yang lain." (HR. Thabrani dari Anas).
Begitu pentingnya shalat itu sampai-sampai pesan terakhir Rasulullah menjelang wafatnya adalah mengingatkan kepada ummatnya jangan sampai meninggalkan shalat. Sebab di dalam shalat itulah seorang hamba akan lebih dekat kepada Allah, penciptanya.
"Sedekat-dekat hamba kepada Tuhannya, ialah di kala hamba itu bersujud. Maka banyakkanlah do'a dalam sujud itu." (HR. Muslim, Abu daud, An-Nasai dan Abu Hurairah)